Minggu, 24 Februari 2013


KIali ini kita membahas tentang perbandingan kayu dan baja ringan, Bangunan yang berkelanjutan adalah bangunan yang memakai metode dan bahan bangunan yang sangat memprioritaskan kualitas lingkungan, vitalitas ekonomi dan keuntungan sosial melalui perencanaan pembangunan, operasional bangunan, perawatan dan dekonstruksi lingkungan binaan tersebut. Bangunan yang berkelanjutan menekankan pada lingkungan, ekonomi dan pengaruh sosial pada proyek pembangunan sebagai suatu integrasi yang utuh dan bukan memandang salah satu faktor sebagai individu yang berlainan.


Kriteria umum dari konsep ini sangat mempertimbangkan pengaruh pada lingkungan, kadar keracunan yang diakibatkan dari pemakaian bahan tersebut, umur pemakaian bahan dan biaya yang dibutuhkan. Sehingga diperlukan analisis yang matang untuk menentukan dengan tepat apakah material itu cukup “berkelanjutan” dengan analogi parameter yang cukup sederhana yaitu pengaruh ke lingkungan dari bahan itu, dari pengambilan pertama dari alam sampai pemakaian di bangunan dan pemakaian ulang bahan selanjutnya.

 Kayu
Kayu adalah bagian keras Tanaman yang digolongkan kepada Pohon dan Semak belukar. Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya.
Berdasarkan asumsi bahwa penggunaan kayu untuk material kontruksi untuk satu bangunan dengan ukuran 7 x 8 m, membutuhkan kurang lebih 7 pohon atau setara dengan 1,2 meter kubik, apabila dicermati untuk sebuah program pembangunan satu kabupaten misalkan rehab sekolah dasar dengan rata-rata ruang kelas ukuran 7×8 m dengan asumsi jumlah rehab 200 lokal per kabupaten itu artinya jumlah pohon yang harus ditebang sebanyak 1400 pohon atau 240 meter kubik, dapat dibayangkan berapa juta pohon setiap tahun harus ditebang untuk mencukupi kebutuhan kayu demi program yang sama di negeri ini.

Baja Ringan
Bahan dasar baja ringan adalah Carbon Steel, Carbon Steel adalah baja yang terdiri dari elemen-elemen yang prosentase maksimum selain bajanya sebagai berikut: 1.70% Carbon, 1.65% Manganese, 0.60% Silicon, 0.60% Copper. Carbon adalah unsur kimia dengan nomor atom 6, tingkat oksidasi 4.2 dan Mangan adalah unsur kimia dengan nomor atom 25, tingkat oksidasi 7.6423. Carbon dan Manganese adalah bahan pokok untuk meninggikan tegangan (strength) dari baja murni. Penambahan prosentase Carbon akan mempertinggi Yield Stress tetapi akan mengurangi daktilitas.
Rangka atap baja ringan yang diproduksi di Indonesia menggunakan bahan dasar baja dengan kekuatan G-550 Mpa atau setara dengan 5500 Megapascal sesuai standar AISI (American Iron and Steell Institute). Adapun coating (pelapis/pelindung) baja ringan dari karat yang beredar adalah zinc/galvanis, zincalume, dan zincalume dengan penambahan magnesium. Lapisan coating ini melindungi bahan dasar baja ringan dari karat.

Perbandingan kayu dan baja ringan

Secara sederhana dalam konteks lingkungan, dampak dan proses reduksinya bisa dibandingkan sebagai berikut:
Kayu Baja Ringan
Tidak mengalami perubahan dan dapat dikembalikan kepada alam (tereduksi cepat)Terdegradasi secara biologis (Recyclable) Mengalami perubahan dan proses reduksinya lama  Terdegradasi secara fisik
(Non-recyclable)
Tidak mencemari lingkungan Limbah B3 berpotensi Mencemari lingkungan.
Tersedia di lokasi, ketersediaannya memadai jika regulasi pembalakan dilaksanakan dengan baik Harus mendatangkan dari luar, proses produksinya melalui beberapa tahap.

Dari tabel ini bisa dilihat bagaimana kayu dan baja ringan memiliki beberapa kondisi yang sangat bertolak belakang dalam kriteria bahan bangunan ramah lingkungan. Kayu misalnya, berdasarkan kriteria bahan yang mudah tereduksi sehingga masa kembali terurai di alam, Kayu memiliki waktu yang sangat cepat tereduksi di bandingkan baja ringan. Dengan demikian kayu lebih ramah lingkungan di bandingkan dengan baja ringan.
Kelemahan kayu ketika proses pasca konstruksi adalah tidak awet, ada kecenderungan waktu pasca konstruksi lebih cepat rusak dibandingkan dengan baja ringan. Tetapi ketersediaan kayu bisa menjadi alternatif untuk mengganti sementara baja ringan, ketersediaannya terbatas karena masuk kategori sumber daya alam tidak terbaharui.
Sekilas tampak bahwa penggunaan kayu itu tidak ramah lingkungan karena berpotensi merusak hutan, tetapi jika dikaji lebih dalam proses penambangan baja dari bijih besi membutuhkan proses yang panjang dan energi yang banyak. Selain itu ketersediaan bahan dari bijih besi terbatas. Sementara kayu, dapat diperbaharui dengan melakukan reboisasi dalam jangka waktu tertentu.

Sumber: ilmusipil.com

0 komentar:

Posting Komentar

untuk info dan pertanyaan tinggalkan komentar anda

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!